Minggu, 13 September 2009

profil anime beck

BECK : Mongolian Chop Squad

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

BECK (ベック) is a manga, which was later made into an anime under the name BECK: Mongolian Chop Squad. It was created by mangaka Harold Sakuishi and was originally published by Kodansha in Monthly Shonen Magazine. It tells the story of a group of Japanese teenagers who form a rock band. The manga is currently licensed in the USA by TOKYOPOP. The series has also spawned three guidebooks. BECK won the 2002 Kodansha Manga Award for shōnen.

The original 26-episode anime television series was aired on Japan's TV Tokyo from October 2004 to March 2005. It was created by Osamu Kobayashi, animated by Madhouse and produced by Takeshi Shukuri and Yoshimi Nakajima. The series has received critical acclaim and was translated into English.



Overview

Yukio, known by his friends as "Koyuki", is a regular 14-year-old Japanese boy who enters junior high school with two childhood acquaintances. One is now a useless pervert, and ironically the other is a highly sought after female student. Koyuki's boring life is changed when he saves an odd-looking dog, named Beck, from some kids. Beck's owner turns out to be an emerging rock musician, Ryuusuke Minami. The two become friends and their crazy, fun, and sometimes dangerous music adventure begins.

The story focuses on the trials and tribulations of their punk and rapcore band named BECK. There's also an important subplot that deals with Koyuki's relationship with Ryuusuke's sister, Maho.


List of BECK: Mongolian Chop Squad characters

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Yukio ("Koyuki") Tanaka:
Voiced by: Daisuke Namikawa (Japanese), Greg Ayres (English)
The main character, the series follows his rapid development from an average person to an outstanding guitarist. Being extremely polite, he cannot help but let others push him around, a possible metaphoric stereotype on the very proper and manner conscious Japanese society. The last member of BECK, he is the second guitarist and vocalist. He is the last person to talk to Eddie and hears the song. Yukio has a very beautiful voice that is mostly used for Beck's slower songs. He owns a Fender Telecaster.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Ryusuke ("Ray") Minami:
Voiced by: Yuuma Ueno (Japanese), Eric Vale (English)
A Japanese character with a long history in America, he speaks fluent English, and frequently uses both Japanese and English in his conversation. He lives alone in a shack by the fishing pond. His skills and taste in music inspire Koyuki to take up the guitar. The band's creator, Ryusuke is BECK's lead guitarist. A once-younger Ryusuke and Eddie Lee stole the Lucille from the boot of Syke's vehicle.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Yoshiyuki Taira:
Voiced by: Kenji Nojima (Japanese), Jerry Jewell (English)
The first recruited member of BECK, Taira is the bassist, and the most talented band member next to Ryusuke. He plays Music Man StingRay bass. Little is known about him, and his attitude may sometimes come off as uncaring. He has been seen working as a traffic officer.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Tsunemi Chiba:
Voiced by: Shintarou Oohata (Japanese), Justin Cook (English)
Main vocalist for BECK, he is the key member that Ryusuke needed to bring Taira into the band. Compared to Koyuki, his voice is more punk and rock oriented, like the majority of the band's songs. He also named the band "Beck" after staring at Ryusuke's dog for a few moments.

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket
Yuji ("Saku") Sakurai:
Voiced by: Tooru Nara (Japanese), Johnny Yong Bosch (English)
The fourth member to join, he was also Koyuki's first good friend, sticking with him even when the school bully and his gang beat him up for breaking the silent treatment on Koyuki. He is the drummer, inspired by his brother, and replaces the original drummer of BECK who followed Ryusuke from his original band, Serial Mama.


Manga

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Genre Shonen, music,slice of life

Authored by Harold Sakuishi
Publisher Kodansha
Serialized in Monthly Shonen Magazine
Original run 17 February 2000 – Ongoing
No. of volumes 30 Volumes
I Ate Jimmy

Anime

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Directed by Osamu Kobayashi
Studio Madhouse
Licensor FUNimation Entertainment
Network TV Tokyo
Original run 6 October 2004 – 30 March 2005
No. of episodes 26

Goods

Beck Limited edition Zone 2

95,000 - 100,000 ¥

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Photo Sharing and Video Hosting at Photobucket

Senin, 31 Agustus 2009

Sahabat Sejati

Betapa enak menjadi orang kaya. Semua serba ada. Segala keinginan terpenuhi. Karena semua tersedia. Seperti Iwan. Ia anak konglomerat. Berangkat dan pulang sekolah selalu diantar mobil mewah dengan supir pribadi.

Meskipun demikian ia tidaklah sombong. Juga sikap orang tuanya. Mereka sangat ramah. Mereka tidak pilih-pilih dalam soal bergaul. Seperti pada kawan kawan Iwan yang datang ke rumahnya. Mereka menyambut seolah keluarga. Sehingga kawan-kawan banyak yang betah kalau main di rumah Iwan.

Iwan sebenarnya mempunyai sahabat setia. Namanya Momon. Rumahnya masih satu kelurahan dengan rumah Iwan. Hanya beda RT. Namun, sudah hampir dua minggu Momon tidak main ke rumah Iwan.

“Ke mana, ya,Ma, Momon. Lama tidak muncul. Biasanya tiap hari ia tidak pernah absen. Selalu datang.”

“Mungkin sakit!” jawab Mama.

“Ih, iya, siapa tahu, ya, Ma? Kalau begitu nanti sore aku ingin menengoknya!” katanya bersemangat

Sudah tiga kali pintu rumah Momon diketuk Iwan. Tapi lama tak ada yang membuka. Kemudian Iwan menanyakan ke tetangga sebelah rumah Momon. Ia mendapat keterangan bahwa momon sudah dua minggu ikut orang tuanya pulang ke desa. Menurut kabar, bapak Momon di-PHK dari pekerjaannya. Rencananya mereka akan menjadi petani saja. Meskipun akhirnya mengorbankan kepentingan Momon. Terpaksa Momon tidak bisa melanjutkan sekolah lagi.

“Oh, kasihan Momon,” ucapnya dalam hati,

Di rumah Iwan tampak melamun. Ia memikirkan nasib sahabatnya itu. Setiap pulang sekolah ia selalu murung.

Ada apa, Wan? Kamu seperti tampak lesu. Tidak seperti biasa. Kalau pulang sekolah selalu tegar dan ceria!” Papa menegur

Momon, Pa.

“Memangnya kenapa dengan sahabatmu itu. Sakitkah ia?”

Iwan menggeleng.

“Lantas!” Papa penasaran ingin tahu.

“Momon sekarang sudah pindah rumah. Kata tetangganya ia ikut orang tuanya pulang ke desa. Kabarnya bapaknya di-PHK. Mereka katanya ingin menjadi petani saja”.

Papa menatap wajah Iwan tampak tertegun seperti kurang percaya dengan omongan Iwan.

“Kalau Papa tidak percaya, Tanya, deh, ke Pak RT atau ke tetangga sebelah!” ujarnya.

“Lalu apa rencana kamu?”

“Aku harap Papa bisa menolong Momon!”

“Maksudmu?”

“Saya ingin Momon bisa berkumpul kembali dengan aku!” Iwan memohon dengan agak mendesak.

“Baiklah kalau begitu. Tapi, kamu harus mencari alamat Momon di desa itu!” kata Papa.

Dua hari kemudian Iwan baru berhasil memperoleh alamat rumah Momon di desa. Ia merasa senang. Ini karena berkat pertolongan pemilik rumah yang pernah dikontrak keluarga Momon.

Kemudian Iwan bersama Papa datang ke rumah Momon di wilayah Kadipaten. Namun lokasi rumahnya masih masuk ke dalam. Bisa di tempuh dengan jalan kaki dua kilometer. Kedatangan kami disambut orang tua Momon dan Momon sendiri. Betapa gembira hati Momon ketika bertemu dengan Iwan. Mereka berpelukan cukup lama untuk melepas rasa rindu.

Semula Momon agak kaget dengan kedatangan Iwan secara mendadak. Soalnya ia tidak memberi tahu lebih dulu kalau Iwan inginberkunjung ke rumah Momon di desa.

“Sorry, ya, Wan. Aku tak sempat memberi tahu kamu!”

“Ah, tidak apa-apa. Yang penting aku merasa gembira. Karena kita bisa berjumpa kembali!”

Setelah omong-omong cukup lama, Papa menjelaskan tujuan kedatangannya kepada orang tua Momon. Ternyata orang tua Momon tidak keberatan, dan menyerahkan segala keputusan kepada Momon sendiri.

“Begini, Mon, kedatangan kami kemari, ingin mengajak kamu agar mau ikut kami ke Bandung. Kami menganggap kamu itu sudah seperti keluarga kami sendiri. Gimana Mon, apakah kamu mau?” Tanya Papa.

“Soal sekolah kamu,” lanjut Papa, “kamu tak usah khawatir. Segala biaya pendidikan kamu saya yang akan menanggung.”

“Baiklah kalau memang Bapak dan Iwan menghendaki demikian, saya bersedia. Saya mengucapkan banyak terima kasih atas kebaikan Bapak yang mau membantu saya.”

Kemudian Iwan bangkit dari tempat duduk lalu mendekat memeluk Momon. Tampak mata Iwan berkaca-kaca. Karena merasa bahagia.Akhirnya mereka dapat berkumpul kembali. Ternyata mereka adalah sahabat sejati yang tak terpisahkan.

Kini Momon tinggal di rumah Iwan. Sementara orang tuanya tetap di desa. Selain mengerjakan sawah, mereka juga merawat nenek Momon yang sudah tua